Artinya, keuntungan PT. Antam mencapai berkisar 50 –60 dollar per metric ton (mt).
“Nikel yang kadar 2 perseb harganya sekarang hampir tembus Rp. 1.000.000 kalau di jual langsung ke pabrik. Tapi, karena kesepakatannya harus dijual ke PT. Antam maka harga yang bisa didapat oleh kontraktor hanya Rp. 143.000 saja. Artinya, keuntungan PT. Antam mencapai 50 – 60 Dolar per MT kalau di rupiahkan, keuntungan PT. Antam mencapai Rp. 715.000 – Rp. 858.000 per MT, " bener Hendro Nilopo.
Dilansir kendarikita.com dari laman buananews, salah satu pengusaha lokal asli Desa Tapunggaeya berinisial RBN membenarkan hal tersebut.
Melalui obrolan WhatsApp, RBN menegaskan bahwa kesepakatan pembelian 10 dolar oleh PT Antam bukan upaya menghidupkan pengusaha melainkan untuk mematikan.
“Saya rasa jelas saat beberapa bulan yang lalu, bahwa yang diutamakan masyarakat pekerja lokal dan pastinya kontraktor lokal. Faktanya, iya dibenarkan kontraktor lokal bisa bekerja sama melalu KSO, tapi dengan hitungan yang ada sata rasa malah bukan menghidupkan tapi mematikan," ujar RBN melalui percakapan WhatsApp, Senin 21 Maret 2022 lalu.
Menurutnya, dengan harga pembelian yang di tawarkan oleh PT Antam, maka sangat mustahil bagi kontraktor mining lokal untuk menerima. Mengingat, biaya produksi yang cukup tinggi mencapai 6 samapai 7 dolar di luar biaya barging atau haulling ke jetty.
“Jadi 10 Dolar itu pembelian Antam ke kami sebagai kontraktor, sedangkan untuk semua biaya produksi kami tanggung sendiri sampai barging, ditambah sistem pembeliannya bukan jemput di fit melainkan FOB Tongkang harus diantarkan ke tongkang. Jadi mati biaya produksi 6-7 dolar belum barging,” ungkapnya.