Baca Juga: Cuaca Buruk Diperkirakan akan Melanda Beberapa Wilayah di Sulawesi Tenggara Hari ini Rabu 8 Maret 2023
Selama berada di dalam ginjal hewan, bakteri Leptospira sewaktu-waktu dapat keluar bersama urine sehingga mengontaminasi air dan tanah.
Di air dan tanah tersebut, bakteri Leptospira dapat bertahan dalam hitungan bulan atau tahun.
Penularan pada manusia dapat terjadi akibat:
Baca Juga: Jadwal Acara TV di RCTI : Rabu 8 Maret 2023, Saksikan Kesetiaan Janji Cinta, Ikatan Cinta dan Jangan Bercerai
1. Kontak langsung antara kulit dengan urine hewan pembawa bakteri Leptospira.
2. Kontak antara kulit dengan air dan tanah yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri Leptospira.
3. Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi urine hewan pembawa bakteri penyebab leptospirosis.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Leo Hari Ini, Rabu 8 Maret 2023
Faktor Resiko Leptospirosis
Leptospirosis banyak ditemui di negara tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Hal ini karena iklim yang panas dan lembab dapat membuat bakteri Leptospira bertahan hidup lebih lama. Selain itu, leptospirosis juga lebih sering terjadi pada individu yang :
1. Menghabiskan sebagian besar waktunya di luar ruangan, seperti pekerja tambang, petani, dan nelayan.
Baca Juga: Pendapat Pakar Geologi Ihwal Bencana Longsor Serasan Natuna
2. Sering berinteraksi dengan hewan, seperti peternak, dokter hewan, atau pemilik hewan peliharaan.
3. Memiliki pekerjaan yang berkaitan dengan saluran pembuangan atau selokan.
4. Tinggal di daerah rawan banjir.
5. Sering melakukan olahraga atau rekreasi air di alam bebas.
Baca Juga: Penemuan Jasad Anak Tenggelam di Saluran Irigasi Gegerkan Warga Kecamatan Abuki Konawe
Gejala Leptospirosis
Gejala leptospirosis sangat bervariasi pada setiap pasien dan awalnya sering kali dianggap sebagai gejala penyakit lain, seperti flu atau demam berdarah.
Tanda dan gejala awal yang muncul pada penderita leptospirosis antara lain :
Baca Juga: Penemuan Jasad Anak Tenggelam di Saluran Irigasi Gegerkan Warga Kecamatan Abuki Konawe
1. Demam tinggi dan menggigil.
2. Sakit kepala
3. Mual, muntah, dan tidak nafsu makan.
4. Diare
5. Mata merah
6. Nyeri otot, terutama pada betis dan punggung bawah.
7. Sakit perut
8. Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak hilang saat ditekan.
Baca Juga: Kemegahan Event Konasara Festival Masih Menyisahkan Utang Rp251 Juta?
Keluhan di atas biasanya pulih dalam waktu 1 minggu. Namun, pada sebagian kasus, penderita dapat mengalami penyakit Leptospirosis tahap kedua, yang disebut dengan penyakit Weil, dengan gejala dan tanda yang lebih parah dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Pemeriksaan Leptospirosis
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan beberapa tes penunjang untuk memastikan diagnosis dan mengetahui tingkat keparahan Leptospirosis. Tes penunjang tersebut antara lain :
Baca Juga: Hino Lohan Tabrak Hino Dutro dan Rumah Warga, Berakhir Nyemplung di Sungai Konaweeha
1. Tes darah, untuk memeriksa fungsi hati, fungsi ginjal, dan kadar sel darah putih.
2. Tes Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) atau rapid test, untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh.
3. Polymerase Chain Reaction (PCR), untuk mendeteksi keberadaan materi genetik bakteri Leptospira di dalam tubuh.
4. Tes Aglutinasi Mikroskopik (MAT), untuk mengonfirmasi keberadaan antibodi yang secara spesifik terkait dengan bakteri Leptospira.