Memaknai Sejarah Isra Mi'raj sebagai Peristiwa Sakral Bagi Umat Islam

- 17 Februari 2023, 22:09 WIB
Ilustrasi Isra Mi'raj-siluer masjid
Ilustrasi Isra Mi'raj-siluer masjid /Pixabay.com/Engin_Akyurt/

Baca Juga: Lirik Lagu Haruskah Aku Mati yang Dipopulerkan Arief Putra, Tentang Kepedihan Hati Seseorang

Dan tidak mustahil bagi Allah menjadikan hati nabi Muhammad sebagai alat untuk melihat Allah sebagaimana Allah menciptakan penglihatan sebagai alat melihat bagi manusia pada umumnya. (Ar-Razi Fakhruddin, Mafatihul Ghaib [Beirut: Dar Ihya Turats, 2010 M], juz XXVIII, halaman 246).

Ada beberapa catatan Ahlussunnah wal Jama’ah yang menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad melihat Allah ketika Isra Mi'raj,  yaitu:

1. Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah menetap ataupun menyatu dengan Sidratul Muntaha karena Allah tidak mungkin membutuhkan pada Sidratul Muntaha yang merupakan ciptaanNya sebagai tempat menetap.

Baca Juga: Dukcapil Kemendagri: Pengurus Korpri Harus Mengakses Layanan KTP Digital

Hal ini sesuai dengan sifat Allah berupa Qiyamuhu bi Nafsihi, Allah berdiri sendiri tanpa membutuhkan bantuan makhluk ciptaan-Nya.

Seandainya Allah membutuhkan Sidratul Muntaha sebagai tempat menetap niscaya hal ini akan merusak sifat Qiyamuhu bi Nafsihi.

2. Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah terbatasi oleh jihah (arah mata angin) karena tidak mungkin Allah terbatasi dengan jihah (arah mata angin) sebagaimana makhlukNya.

Baca Juga: Kriteria Puasa Ramadhan yang Berkualitas Menurut Imam Al Ghazali

Hal ini sesuai dengan sifat Allah berupa Mukhalafah lil Hawadits, Allah tidak serupa dengan makhluk ciptaanNya.

Halaman:

Editor: Mirkas

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x