Memaknai Sejarah Isra Mi'raj sebagai Peristiwa Sakral Bagi Umat Islam

- 17 Februari 2023, 22:09 WIB
Ilustrasi Isra Mi'raj-siluer masjid
Ilustrasi Isra Mi'raj-siluer masjid /Pixabay.com/Engin_Akyurt/

Seandainya Allah dibatasi dengan jihah (arah mata angin) sebagaimana manusia yang bisa dipastikan menetapnya di arah tertentu seperti arah selatan atau utara niscaya akan merusak sifat Mukhalafah lil Hawadits.

3. Nabi Muhammad melihat Allah bukan berarti Allah terbentuk dari jism (bentuk tubuh) karena tidak mungkin Allah berbentuk jism (bentuk tubuh) sebagaimana makhluknya.

Baca Juga: Masyarakat Konawe Jadi Sasaran Edukasi Pengenalan Investasi, Pinjaman Ilegal, dan Soceng

Hal ini sesuai dengan sifat Allah berupa Mukhalafah lil Hawadits, Allah tidak serupa dengan makhluk ciptaanNya.

Seandainya zat Allah berupa cahaya berwarna putih atau memiliki anggota tubuh dan sejenisnya sebagaimana makhlukNya niscaya akan merusak sifat Mukhalafah lil Hawadits. (Ad-dardir Ahmad, Syarh Qishah al-Isra’ wal Miraj [Kairo: Maktabah Azhar li Turats, 1999 M], halaman 24).

Nabi Muhammad melihat Allah tidaklah sama dengan proses manusia biasa seperti kita melihat.

Baca Juga: Jajal Pasar Global, Kadin Sultra Ekspor 51 Ton Komoditas Perikanan

Akan tetapi, Allah memberikan kemampuan khusus bagi Nabi Muhammad ketika itu sehingga beliau dapat melihat langsung kepada Allah.

Hal ini dikarenakan Allah memberikan kemampuan melihat kepada hambanya tidak terbatas dengan 'mata kepala' saja.

Allah memberikan kemampuan melihat kepada hambaNya di waktu dan tempat yang telah Allah tentukan. (Al-Laqqani Abdussalam, Ithaf al-Murid Syarh Jauhar at-Tauhid [Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyyah, 2002] hal.202).

Halaman:

Editor: Mirkas

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah