KENDARI KITA-Hasrianto, Kepala Desa Tapuhaka, Kecamatan Kabaena Timur, menyoroti keberadaan jetty PT Tonia Mitra Sejahtera (TMS).
Menurut Hasrianto, sejak perusahaan tambang ini mengoperasikan jettynya sekitar 4 bulan belakangan, warga setempat yang sebagian berprofesi sebagai nelayan mengaku merugi sebab perairan di sekitar jetty yang menjadi area tangkapan ikan para nelayan menjadi keruh dan tercemar.
Baca Juga: Rakornas KI Se-Indonesia, Komisi Informasi Sultra Dorong Penguatan dan Sinergisitas Kelembagaan
"Air laut keruh pada saat musim hujan. Kemudian nelayan tidak leluasa menangkap ikan di sekitar Teluk Talabasi, karena pengaruh aktivitas kapal tongkang memuat ore nikel milik PT TMS.
Hadirnya PT TMS di Jetty dua, banyak meresahkan masyarakat nelayan,” kata Hasrianto.
Menurut Hasrianto, tidak hanya nelayan asal Desa Tapuhaka yang mengalami kerugian besar karena aktifitas tambang tersebut.
Ia lebih jauh membeberkan bahwa nelayan dari Desa Toli-toli, Desa Bungi-bungi dan Kelurahan Dongkala yang berada di wilayah Kecamatan Kabaena Timur juga mengeluhkan hal yang sama, tak bisa menangkap ikan karena perairan tercemar.
Lanjut Hasrianto, Sebelum Jetty 2 PT TMS beroperasi, perairan Talabasi masih steril, kaya akan komoditas perikanan.
Tetapi setelah beroperasinya Jetty 2 PT TMS, air laut sudah terkontaminasi dengan tanah yang mengandung nikel. Di permukaan, air laut tak lagi biru, namun kotor dan keruh. Kondisi ini diperparah dengan curah hujan yang tinggi saat musim hujan tiba.
“Sehingga keluhan masyarakat saya, banyak tertuju kepada saya selaku pemerintah desa,” terang Hasrianto.
Hasrianto juga menyoroti sikap manajemen PT TMS yang belum pernah melakukan sosialiasi terhadap masyarakat Kecamatan Kabaena Timur.
"Padahal perusahaan ini pernah diundang, namun manajemen PT TMS tidak merespon baik atas undangan pemerintah Kecamatan,"pungkasnya.