Konflik Rusia-Ukraina Pecah, Dominggus Oktavianus : Nafsu Imperialistik Masih Eksis

- 25 Februari 2022, 22:27 WIB
Sekjen Partai Rakyat Adil Makmur, (Prima), Dominggus Oktavianus.
Sekjen Partai Rakyat Adil Makmur, (Prima), Dominggus Oktavianus. /istimewa/kendarikita.com/

Untuk informasi, Situasi di Ukraina memanas sejak demonstrasi Euromaidan yang memprotes keputusan Presiden Viktor Yanukovych menunda penandatanganan kesepakatan dengan Uni Eropa tahun 2013. Yanukovych mengakui bahwa keptusan tersebut dibuat atas tekanan Rusia.

Singkat cerita, di di tahun 2014 Yanukovich jatuh. Rusia menyebut peristiwa ini sebagai "Kudeta", sementara media Barat menyebutnya "Revolusi Oranye".

Menurut Dominggus, Ukraina tidak sungguh-sungguh indepen dalam menentukan nasibnya. Barat, khususnya Amerika Serikat, punya kepentingan untuk menariknya menjadi anggota NATO. Sementara Rusia merasa sudah cukup ekspansi NATO ke Eropa Timur sampai Hungaria, Rumania, Bulgaria, Polandia, Lithuania, Ceko dan Slowakia.

Baca Juga: Berada di Grup A, Tiga Negara ini Akan Menjadi Lawan Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2023

“Orang Ukraina di sebelah Barat cenderung pro-Barat, sedangkan Ukraina di sebelah timur cenderung pro-Rusia,” tuturnya.

Dominggus mengungkapkan, Bagi Rusia, Ukraina adalah titik penting menjaga keseimbangan geopolitik, meski tetap tidak imbang. Sebagaimana China bersikeras mempertahankan titik di Laut China Selatan.

“Kita tahu pesisir timur hingga ke selatan telah dijajari puluhan pangkalan militer AS masing-masing di Korea Selatan, Jepang, Filipina, Singapura, serta kerjasama militer dengan Taiwan,” jelasnya.

Baca Juga: Bareskrim Polri Tetapkan Indra Kenz Tersangka Dugaan Tindak Pidana Judi Online

Sementara itu, Dominggus menyampaikan, opini yang berkembang di Indoneisa sebagian besar menaruh simpati kepada Rusia. Menurutnya, kemungkinan publik Indonesia merasa tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin mewakili kebosanan pada dominasi dan superiortas Amerika Serikat.

“Saya amati konten yang berseliweran di Tiktok, komentar-komentar berita di Youtube, dan sebagainya, sebagian besar menaruh simpati pada Rusia. Sampai-sampai muncul istilah plesetan FPI (Fans Putin Indonesia),” tutupnya Dominggus.

Halaman:

Editor: Mirkas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x