Diadukan Mahasiswinya di Polresta, Begini Penjelasan Oknum Dosen UHO Kendari

- 3 September 2022, 14:34 WIB
Ilustrasi pelecehan seksual
Ilustrasi pelecehan seksual /Gambar oleh Diana Cibotari dari Pixabay

KENDARI KITA - Pasca diadukan di Polresta Kendari, oknum dosen Universitas Halu Oleo (UHO), AS angkat bicara terkait tudingan pelecehan seksual yang dialamatkan kepada dirinya.

Ditemui di salah satu warung kopi, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) itu menceritakan kronologi pertemuan dirinya bersama PE yang berujung pengaduan ke Polresta Kendari. 

AS mengaku tidak menyangka mahasiswinya yang sudah dianggap sebagai anaknya itu mengadukan dirinya di Polresta Kendari.

Baca Juga: Mahasiswi Polisikan Oknum Dosen, Dugaan Pelecehan Seksual Kembali Coreng Wajah Pendidikan di UHO Kendari

"Saya kaget, kenapa sampai seperti ini. Saya sudah anggap dia sebagai anak dan tidak ada niat mau lecehkan dia," ungkap AS, Jumat 2 September 2022 malam.

Lebih lanjut AS Dosen menjelaskan, bahwa seluruh anak didiknya telah dianggap sebagai sahabat dan anak.

Terkait PE, AS menerangkan, bahwa mahasiswinya itu sering berkomunikasi dengan dirinya via WhatsApp, dan komunikasi itu hanya sebatas untuk membahas hal-hal yang berkaitan urusan kampus.

Baca Juga: DPRD Sultra Minta APH Tegas Memproses Dugaan Pelecehan Seksual di UHO Kendari

Namun, tak jarang juga PE sering curhat kepada AS soal kondisi dan problema hidupnya sehari-hari.

"PE mengaku yatim piatu dan tinggal bersama neneknya di Kabupaten Muna setelah orang tuanya tak ada," ungkap AS.

Mendengarkan curhatan PE, Ia mengaku terharu dengan cerita-cerita mahasiswi tersebut. Olehnya itu, dia menawarkan kepada PE agar tak sungkan-sungkan meminta bantuan kepada dirinya, jika memang keadaan darurat.

Baca Juga: Dilaporkan Mahasiswinya Soal Dugaan Pelecehan Seksual, Oknum Dosen Prof B Bungkam

"Anak ini sempat cuti. Dia tidak ada uang untuk mau bayar UKT. Dia minta tolong sama saya ditambahkan uang UKT-nya. Karena saya sudah niat akan bantu dia, makanya saya kirimkan dia uang, yang penting dia benar-benar mau melanjutkan kuliahnya," ungkapnya.

Ditambahkannya, saat Ia mengirimkan uang tersebut, posisi PE berada di luar Kota Kendari atau tepatnya di Kabupaten Muna. Namun, dia berjanji kepada dosennya itu, akan segera masuk di Kendari untuk membayar UKT sekaligus melakukan penawaran mata kuliah. Seiring berjalannya waktu, komunikasi keduanya sempat terhenti.

Pada Jumat 26 Agustus 2022, AS tiba-tiba mendapat pesan via WhatsApp dari pengadu yang menyampaikan posisinya sudah berada di Kendari.

Baca Juga: Dugaan Pelecehan Seksual, Dewan Kode Etik UHO Kendari Periksa Oknum Dosen Prof B

"Dia WA saya duluan mengaku sudah di Kendari, di tempatnya temannya. Dia sudah bayar UKT dan menawar. Saya hanya bilang alhamndulillah, kemudian berpesan untuk kuliah baik-baik," tambahnya.

Kemudian, AS tiba-tiba teringat cerita mahasiswi tersebut, yang mengaku hidup dengan kondisi ekonomi pas-pasan. Saat itu juga, dosen AS bertanya kepada PE, apakah sudah makan atau belum dan AS berencana membelikan makanan atau alternatif lainnya bingin mengajaknya makan, sekaligus mengajak rekan-rekannya yang ada di tempat persinggahan PE itu.

"Ini anak bilang terserah bapak saja. Makanya saya tawarkan, makan di luar saja, nanti saya jemput kalian," tambahnya.

Baca Juga: Tak Prioritas, Fraksi PKS DPRD Provinsi Sultra Tolak Pembangunan Gedung Kantor Gubernur 22 Lantai

Sepakat dengan tawaran teradu, PE menentukan lokasi penjemputan. AS menuju area by pass dan menjemput PE di tempat salah satu rekannya. AS sempat kaget, karena mahasiswi tersebut hanya seorang diri dan tidak ada rekan-rekannya yang akan ikut makan bersama.

Tanpa berfikir panjang, AS mengajak PE naik mobil dan menuju salah satu rumah makan di area MTQ Kendari.

Usai makan, AS berencana mengantarkan PE pulang. Namun, dia penasaran dengan cerita-cerita yang dilontarkan mahasiswinya itu selama ini, sehingga AS ingin menggali lebih jauh kisah kehidupannya PE sebagai yatim piatu.

Baca Juga: Lahan Warga Desa Sulaho Diserobot, Jalan Haulling PT RJL Disegel

"Saya mau tanya-tanya dia tentang kehidupannya, kebetulan nasib yang dialami ini, saya alami juga. Saya juga hidup sama-sama nenek ku dulu," katanya.

Dalam perjalanan, dosen AS tertuju pada salah satu hotel di Jalan Made Sabara, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, Kota Kendari.

Sekitar pukul 21.00 Wita, AS lakukan chek-in kamar di hotel tersebut, sedangkan PE sempat menunggu dalam mobil sembari berkomunikasi dengan rekan-rekannya di HP.

Baca Juga: Sikapi Wacana Kenaikan Harga BBM, Polres Muna Lakukan Koordinasi ke Depot Pertamina Tampo

"Saya mau dengar ceritanya, tapi tidak mau di tempat terbuka, jangan sampai ada yang lihat," terangnya.

AS pun menyuruh PE naik di kamar yang telah dipesan. Tidak ada perlawanan, PE menurut dan masuk seorang diri di kamar tersebut. Tak lama kemudian, AS menyusul PE di dalam kamar dan terjadi pelukan antara keduanya.

"Posisi pintu terbuka, saat berpapasan depan pintu kamar, saya spontan peluk karena prihatin dengan kondisi dan ceritanya selama ini. Ini anak dia peluk juga saya tanpa ada perlawanan tapi tidak lama. Kemudian, saya simpan dia sendiri dalam kamar dan saya turun ke mobil," ucapnya.

Baca Juga: Sudirman Kepada Pemprov Sultra : Baiknya Pikirkan Ulang Pembangunan Kantor Gubernur 22 Lantai

Saat akan kembali ke kamar hotel, AS tak lagi melihat PE. Dia (PE) telah bersembunyi di mess salah satu milik Pemda dan menunggu jemputan teman-temannya yang telah ditelpon.

Dosen tersebut menelponnya, namun PE mengaku marah dan tidak terima dipeluk AS.

Lima hari setelah kejadian, PE akhirnya resmi mengadukan AS di Polresta Kendari, atas dugaan pelecehan seksual.***

Editor: Mirkas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x