Kisah Inspiratif Proses Pembuatan Tahu dan Tempe di Desa Bangunsari Kabupaten Muna

12 April 2024, 17:01 WIB
Kisah Inspiratif Proses Pembuatan Tahu dan Tempe di Desa Bangunsari Kabupaten Muna /Dok. Kendari Kita/IC

KENDARI KITA - Tahu dan tempe, makanan khas Indonesia, telah menjadi makanan tambahan yang sangat disukai banyak orang. Banyak yang menggantikan lauk dengan kedua makanan ini.

Jejak proses pembuatan tahu dan tempe di Desa Bangunsari, Kecamatan Lasalepa, Kabupaten Muna, menawarkan pandangan menarik tentang upaya pembuatan makanan lezat ini.

Sriyatun, pemilik usaha pembuatan tahu dan tempe, menjelaskan bahwa proses pembuatan tahu melibatkan mama-mama atau kaum ibu rumah tangga dari desa setempat.

Baca Juga: Ramalan Shio Hari Ini: Keberuntungan Ada Dipihak Dua Shio Ini, Siap-Siap Dapat Rezeki Nomplok

Bahan dasarnya, kedelai, dibeli dari luar daerah dengan harga sekitar 15 ribu rupiah per kilogram.

Kedelai diolah menjadi adonan halus, dimasak dengan air lalu disaring didiamkan kurang lebih 20 menit, kemudian dicetak dan dipotong-potong hingga membentuk segi empat.

Usai dipotong-potong lalu didiamkan dalam wadah berair hingga potongan kedelai yang membentuk sebuah tahu. Limbah produksi tahu ternyata juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Baca Juga: Inilah Resep Makanan Fuyunghai Ala Restoran, Yang Pastinya Mantap dan Bisa diPraktekkan diRumah

Namun, tantangan utama dalam pembuatan tahu terjadi saat musim panas, di mana sumber air di desa Bangunsari seperti sumur mulai mengering.

Sri Yatun menjelaskan bahwa hal ini memperlambat proses pembuatan tahu karena harus menunggu pasokan air datang. Untuk mengatasi hal ini, mereka membeli air dari tandon yang dijual.

"Kita terkendala dengan air bersih pada saat musim panas, karena didesa kami masih kekurangan air besih, kami masih mengandalkan air sumur, tapi kalo musim panas, air sumur kering," terang Sri Yatun.

Baca Juga: Syekh Ali Jaber: Cukup Amalkan Doa Ini Satu Kali Sehari, Langsung Dapat Pahala Dunia dan Akhirat

Sri Yatun menjelaskan bahwa air merupakan elemen penting dalam pembuatan tahu, dan tanpa air yang cukup, proses pembuatan tahu tidak akan berjalan lancar.

Meskipun demikian, dalam sehari, mereka mampu memproduksi hingga 350 kilogram tahu, sesuai dengan kebutuhan pasar lokal.

Tahu dan tempe produksi Desa Bangunsari dijual ke pasar-pasar di wilayah Kabupaten Muna, seperti pasar Laino Raha, pasar Tampo, dan pasar di wilayah Pure.

Baca Juga: Berikut Inilah Lirik Lagu Berjudul 'Saat Kau Pergi' yang Dipopulerkan Oleh Vagetoz

Selain tahu, Sri Yatun juga memproduksi tempe dengan proses yang lebih sederhana. Tempe dibungkus dan didiamkan selama dua hari sebelum dipasarkan di wilayah Pulau Muna.

Meskipun hanya melibatkan beberapa orang dalam prosesnya, produksi tempe mampu menghasilkan ratusan bungkus dalam sehari. Sri Yatun dengan senyum simpul mengungkap bahwa omset harian dari usaha ini tidak bisa diremehkan.

Dari desa kecil di Muna, jejak proses pembuatan tahu dan tempe memberikan gambaran tentang kearifan lokal dalam menghasilkan makanan lezat yang terus dinikmati oleh banyak orang.***

Editor: Emil Rusmawansyah

Tags

Terkini

Terpopuler