Apa tu OCD: Kategori, Gejala dan Penanganannya

- 16 Desember 2022, 21:19 WIB
Ilustrasi OCD
Ilustrasi OCD /Freepik.com/storyset/

KENDARI KITA-Kondisi fisik dan psikis yang sehat dipastikan akan mendukung produktifitas dan mobilitas keseharian manusia. Namun jika gangguan terhadap kondisi kesehatan keduanya (fisik dan psikis) terjadi, aktifitas akan terhambat, produktifitas juga ikut terhenti.

Selain depresi, salah satu gangguan psikis yang menghambat produktifitas manusia adalah Obsessive Compulsive Disorder (OCD).

Baca Juga: Jadwal Tes Hingga Pengumuman Rekrutmen Bersama BUMN Batch 2 Mulai Dirilis 16 Desember 2022

OCD merupakan  gangguan kecemasan parah yang menyerang 12 dari 1000 orang. Menurut badan amal OCD-UK, OCD berpotensi melemahkan fisik manusia, sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), menempatkan OCD diantara sepuluh besar penyakit paling melumpuhkan di dunia.

Ada dua kategori yang menyertai gejala OCD yakni obsesi dan kompulsi. Gangguan ini tidak membeda-bedakan usia, ras, atau jenis kelamin.

Baca Juga: Aksi Kate Winslet Tahan Napas di Proyek Film Avatar 2, Kalahkan Rekor Tom Cruise

Melansir thesun.co.uk, Banyak diantara penderita OCD akut yang ditemukan kehilangan pendapatan dan penurunan kualitas hidup.

Obsesi merupakan pikiran, gagasan, dan dorongan yang terasa mustahil untuk diabaikan oleh penderitanya.

Baca Juga: Kejati Sultra Inventarisasi dan Evaluasi Capaian Kinerja Tahun 2022

Obsesi dapat menyebabkan kecemasan yang sangat besar, terutama jika itu adalah pikiran yang menyusahkan tentang bahaya yang menimpa seseorang yang dicintai.

Di sisi lain, kompulsi adalah ritual yang dilakukan penderita untuk melepaskan diri dari kecemasan yang dirasakan dari pikiran obsesif.

Baca Juga: Ombudsman Sultra: Aduan Publik Tahun 2022 Didominasi Persoalan Sosial Hingga Sengketa Agraria

banyak orang yang tak menyadari bahwa OCD merupakan masalah serius bagi penderitanya. OCD tak bisa disepelekan, apalagi dibuat sebagai olok-olokan atau bahkan bahan candaan.

Inilah semua yang perlu Anda ketahui tentang kondisi kesehatan mental, mulai dari bagaimana hal itu muncul hingga cara mencari pengobatan untuk itu...

Bagaimana mengetahui seseorang menderita OCD?

Sebagian besar penderita OCD menyadari bahwa obsesi dan kompulsi mereka tidak rasional tetapi mereka tidak dapat berhenti menindaklanjutinya dan merasa perlu melakukannya "untuk berjaga-jaga". Hal ini sering kali mempersulit mereka untuk mencari bantuan.

Sementara OCD cenderung berkembang perlahan dalam jangka waktu yang lama, peristiwa kehidupan yang penuh tekanan juga dapat menjadi pemicu, termasuk kematian, penyakit, hubungan baru, pensiun, masalah keuangan, masalah keluarga, dan pelecehan atau penelantaran masa kanak-kanak.

Baca Juga: PRIMA Jatim Tuntut KPU Diaudit, Samirin: Data SIPOL Juga Harus Dibuka Untuk Publik

Penderita menemukan diri mereka dalam siklus obsesi dan kompulsi, dan karena keduanya tidak disengaja, sangat sulit untuk dihentikan.

Obsesi umum meliputi:

1. Takut melukai diri sendiri atau orang di sekitar dengan sengaja

2. Takut melukai diri sendiri atau orang lain karena kesalahan

Baca Juga: Cetak Prestasi, Sekjen Kemenkumham Dianugerahi Penghargaan Pin Emas dari Kapolri

3. takut membakar rumah saat kompor atau oven dan peranti listrik tengah berfungsi

4. Takut tertular penyakit

5. Dorongan untuk simetri atau keteraturan yang berlebihan

Baca Juga: Dorong Keterbukaan Informasi Publik Jelang Pemilu, KPU Sinergi Dengan KIP dan Media Massa

Apa saja gejala OCD?

OCD memengaruhi orang yang berbeda dengan cara yang berbeda pula. Tetapi biasanya muncul sebagai pola perilaku tertentu.

1. Obsesi:  di mana pikiran atau dorongan yang tidak diinginkan dan mengganggu berulang kali memasuki pikiran seseorang.

Baca Juga: Strategi Kemenhub Antisipasi Lonjakan Mobilitas Jelang Nataru 2023

2. Kecemasan: obsesi yang tidak diinginkan kemudian menimbulkan perasaan cemas atau tertekan yang intens.

3. Paksaan: sebagai akibat dari perasaan cemas, seseorang akan melakukan perilaku berulang atau tindakan mental yang mendorong pengidap OCD memperbaiki situasi lebih baik.

4. Kelegaan sementara: paksaan akan memberikan kelegaan sementara pada kecemasan penderita OCD – tetapi obsesi segera kembali, menyebabkan siklus kecemasan dimulai lagi.

Baca Juga: Manuver Epik Jet Tempur SU-27 di Puncak Peringatan Hari Nusantara 2022, 'Flypast' di Langit Wakatobi


Jenis perilaku kompulsif yang umum pada orang dengan OCD meliputi:

    1. Membersihkan dan mencuci tangan

    2. Memeriksa berulang kali: seperti memeriksa apakah pintu terkunci atau gas mati 

    3. Perhitungan: memastikan ketertiban dan mengatur hal-hal dengan terlalu 'sempurna'

    4. Penimbunan: berpikir "menetralkan" pikiran untuk melawan pikiran obsesif

    5. Menghindari tempat dan situasi tertentu yang dirasa dapat memicu pikiran obsesif

Baca Juga: Lonjakan Tajam Harga Emas Awal Pekan : Tembus Ke Level 1.013.000 per Gram

Bagaimana Gangguan Obsesif Kompulsif diobati?

Banyak penderita mungkin enggan mencari bantuan, namun OCD tidak mungkin sembuh dengan sendirinya.

Perawatan dan dukungan tersedia dan akan mengelola gejala-gejala yang berarti penderita akan dapat menikmati dan meningkatkan kualitas hidup sebagai hasilnya.

Baca Juga: Sikapi Tuntutan Demonstran, DPRD Sultra: Kami Merekomendasi Pemberhentian Aktivitas Tambang PT CSM

Jika Anda merasa menderita OCD, Anda harus mencoba berbicara dengan seorang konselor atau terapis yang dapat memberikan bantuan dan dukungan yang anda butuhkan untuk mengatur ritme kompulsi anda dan dapat membantu anda memahami alasan di balik gejala OCD anda.

Jika Anda memerlukan bantuan untuk mengelola OCD Anda tanpa mencari bantuan dari luar, ada beberapa hal dibawah ini semoga dapat membantu:

Baca Juga: Pengawasan Berbasis Digital, Strategi Pemda Mubar Akselerasi Kinerja ASN

1. Berbicara dengan seseorang: carilah teman atau anggota keluarga tepercaya untuk berbagi kekhawatiran Anda.

2. Memiliki seseorang yang dekat dengan anda, yang  memahami apa yang anda alami dapat membantu anda merasa tidak sendirian.

Baca Juga: Prima DKI Lagi-lagi Soroti KPU RI Soal Dugaan Pelanggaran Verifikasi Parpol

3. Olahraga: meluangkan waktu 30 menit berolahraga secara bertahap dalam sehari dapat membantu memfokuskan kembali pikiran anda dan juga akan melepaskan endorfin yang membuat anda merasa nyaman, sekaligus membantu meredakan perasaan cemas.

4. Teknik relaksasi, seperti mindfulness atau meditasi: mempraktikkan ini dapat membantu mengurangi stres, yang pada gilirannya dapat mengurangi dampak gejala OCD.***

Editor: Mirkas

Sumber: thesun. co.uk


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x