Cara Mengatur Keuangan Ala Filosofi Tionghoa

- 28 Januari 2023, 12:15 WIB
Ilustrasi
Ilustrasi /Unsplash.com/micheile dot com/

KENDARI KITA-Tionghoa dikenal sebagai salah satu etnis yang piawai dalam mengelola keuangan.

Prinsip berhemat ala negeri tirai bambu ini bahkan sudah dilestarikan sejak era 480 Sebelum Masehi (SM).

Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini Turun Lagi ke Level Rp 1.029.000 per Gram

Alkisah di masa pemerintahan kerajaan Gou Jian, hiduplah seorang ahli strategi militer terkenal bernama Fan Li atau dikenal juga dengan Tao Zhu-Gong.

Fan li kemudian  mengundurkan diri dari jabatannya dan memilih menjadi pengusaha.

Baca Juga: Warga Keluhkan Maraknya Peredaran Gelap Narkotika di Kawasan Mega Industri Morosi

Sosok Fan Li inilah yang menjadi cikal bakal prinsip 'Nen Zheng Dun' (bahasa mandarin), yang berarti kemampuan mengorganisir sesuatu.

Filosofi itu kemudian dipercaya mampu membawa kesuksesan bagi seseorang.

Baca Juga: Berikut Jadwal Acara TV di SCTV : Sabtu 28 Januari 2023, Ada Melukis Senja dan Tajwid Cinta

Kemampuan mengorganisir sesuatu disini termasuk kemampuan mengatur keuangan loh.

Lalu apa saja prinsip-prinsip yang diajarkan dalam filosofi mengatur keuangan ala etnis Tionghoa ini? Mari simak poin-poin berikut ini:

1. Berhati-hatilah  mengeluarkan uang (Frugality is a Virtue)

Dao De Jing dalam salah satu tulisan kuno mengatakan bahwa berhati-hati dalam mengeluarkan uang merupakan hal yang penting dalam hidup.

Baca Juga: KPK Apresiasi Industri Jasa Keuangan yang Implementasikan Pedal, Salah Satunya Bank Sultra

Berhati-hati disini maksudnya adalah untuk memahami mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan.

Uang yang kita miliki lebih baik dikeluarkan untuk hal-hal yang memang kita butuhkan.

2. Gaya hidup

Melengkapi poin pertama diatas, gaya hidup orang Tionghoa kebanyakan lebih sederhana.

Baca Juga: BPKH Diminta Susun Roadmap Pembiayaan Haji Tahun 2023

Mulai dari memasak dan mengonsumi makanan di dan dari rumah, menghemat, dan mengalokasikan dana lebih yang dimiliki untuk ditabung atau “diputar” menjadi modal bisnisnya.

Baik bukan? Seperti yang dikatakan Dr. Maoshing Ni: “Kesederhanaan membawa kepuasan dan semua hal akan tumbuh dengan baik”.

Baca Juga: Kemenkes RI Didesak Evaluasi Program dan Anggaran Kesehatan Tahun 2022

3. Menabung dan berinvestasi

Dibandingkan dengan negara-negara lain seperi Amerika Serikat dan juga Indonesia, masyarakat di Cina terkenal lebih sering menabung.

Tercatat bahwa masyarakat disana menabung rata-rata sebesar 46 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto-nya selama setahun.

Baca Juga: Mengenal Festival Qixi, Hari Valentine Khas Tiongkok China

GDP atau PDB merupakan perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya.

Tetapi pada dasarnya GDP/PDB mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Baca Juga: Bantuan Rusun Dari Kementerian PUPR Untuk Mahasiswa UHO Dipastikan Siap Huni

Sementara orang Indonesia hanya menabung sebanyak 32 persen dari total GDP-nya (data diambil dari World Bank).

Persentase keterlibatan masyarakat Tionghoa dalam hal investasi pun juga tinggi

Baca Juga: Sepenggal Kisah Ibu Dua Anak Berkebutuhan Khusus di Konawe Selatan, Menyambung Hidup Dari Kerja Serabutan

4. Sebisa mungkin tidak melakukan hutang

Berhutang menjadi hal yang tidak wajar bagi etnis Tionghoa. Lebih baik menabung atau menyisihkan uangnya hingga cukup, dibandingkan melakukan kredit atau berhutang.

Namun, jika memang tidak bisa dihindari, berhutang ke Bank atau perusahaan pembiayaan bisa atau mungkin dilakukan dengan prinsip konsistensi dan bertanggung jawab untuk membayarnya.

Baca Juga: Data dan Fakta Capaian Kinerja Bahri Selama 8 Bulan Nakhodai Pemerintahan Mubar

5. Manajemen dan perencanaan keuangan yang disiplin 

Etnis Tionghoa mempunyai sebuah peribahasa: “Menyimpang (melanggar) Seinci, Rugi Seribu Batu”.

Peribahasa itu berarti kita harus disiplin (tidak menyimpang) dalam mencatat untung-rugi, pemasukan-pengeluaran, atau modal-hasil, sehingga apa yang diterima atau dikeluarkan, tercatat dengan baik dan tidak akan menimbulkan kerugian di kemudian hari.

Baca Juga: Ucapan Hari Valentine dari Ibu untuk Putera Kesayangan

Jack Ma, pendiri dari e-commerce terkenal di Cina dan salah satu orang terkaya di dunia, menjalankan prinsip manajemen keuangan di hidupnya, yaitu prinsip 30:30:30.

Prinsip 30:30:30 yang dimaksud adalah 30 persen dari pemasukan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, 30 persen ditabung, 30 persen dialokasikan untuk investasi atau modal usaha, dan sisanya 10 persen disisihkan untuk hal lainnya. 

Baca Juga: Soal Wacana Perpanjangan Masa Jabatan Kades, LMND: Mengancam Demokrasi, Menyuburkan Korupsi

Terlihat mudah kan? Namun sebenarnya dibutuhkan niat, determinasi, dan konsistensi yang kuat loh untuk menerapkan prinsip ini!

Untuk menambah referensi,  kamu bisa membaca lagi artikel-artikel terkait kredit (https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/43), investasi (https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/63), dan tentang bagaimana merencanakan  keuangan (https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/14) tentunya hanya di sikapiuangmu.ojk.go.id.


Ulasan ita bisa berkaca dari etnis Tionghoa yang terkenal piawai dalam mengatur dana yang mereka miliki, bagaimana caranya berhemat, menabung, dan berinvestasi sehingga uang yang dimiliki tidak terbuang percuma dan justru bisa “beranak-pinak”.

Seperti yang dituliskan pada peribahasa China kuno 

“The man who moved a mountain was the one who began carrying away small stones” atau “Mereka yang bisa memindahkan gunung adalah mereka yang mulai membawa serta kerikil-kerikilnya”

Jadilah pribadi yang cermat dan bijaksana dalam mengelola uangmu. Pelan-pelan rencanakan dan sisihkan untuk masa depan yang bahagia dan sejahtera!***

Editor: Mirkas

Sumber: ojk.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x