“Ini lebih dari sekadar konservasi, ini adalah pengelolaan pandemi global, dan kita setidaknya harus menawarkan bantuan kepada mereka yang memiliki sumber daya lebih sedikit di jalur migrasi yang menjadi pusatnya Inggris Raya," ujarnya.
Fagimba Camara, kepala unit penelitian di Wabsa, yang memantau Kepulauan Bijol dan menggali lubang di pasir untuk mengubur unggas yang mati, mengatakan bahwa meminimalisir penyebaran infeksi adalah “tugas besar”.
“Ini adalah tempar yang paling penting bagi spesies burung yang bermigrasi di Gambia karena kami mencatat begitu banyak dalam jumlah besar, termasuk burung dara royal tern, dara laut Kaspia, osprey kemerahan, yang terbang dari Skotlandia dan bagian Eropa lainnya selama musim dingin," kata Camara.
Baca Juga: Ramalan Zodiak Gemini 20 April 2023: Sesekali Mengalah Bisa Merubah Suasana menjadi lebih Santai
Di awal bulan, Camara menemukan 246 unggas mati. Minggu ini, timnya menemukan 107 kematian, kebanyakan dari spesies burung dara royal tern.
“Setidaknya kita melihat jumlah unggas yang terkena dampak menurun,” katanya.
Awa Joof, petugas penelitian Wabsa, mengatakan: “Hal yang paling sulit untuk dilakukan adalah menggali kuburan burung, jadi saya sangat sedih melihat burung mati dalam jumlah besar.”***
Editor: Mirkas
Sumber: theguardian.com