Satwa Endemik Madagaskar Hadapi Ancaman Kepunahan, Ini Kata Ilmuwan

12 Januari 2023, 17:14 WIB
Myzopoda Aurita, kelelawar berkaki penghisap, salah satu hewan endemik Madagaskar yang memiliki posisi tidur tak seperti kelelawar lainnya. /Kendari.pikiran-rakyat.com/Theguardian/Chien C Lee /Theguardian/Chien C Lee

KENDARI KITA-Dari lemur ekor cincin, aye-aye (hewan endemik pulau madagascar), hingga  primata nokturnal, yang saling terhubung dalam rantai ekosistem selama lebih dari 20 juta tahun sejarah evolusi, dapat terhapus dari planet ini jika tidak ada yang dilakukan untuk menghentikan ancaman kepunahannya.

Diperlukan waktu 3 juta tahun untuk memulihkan keanekaragaman spesies mamalia yang telah punah sejak manusia menetap di pulau itu, 2.500 tahun yang lalu.

Baca Juga: 6 Jenis Olahraga Ini Diklaim Ampuh Mengusir Stres: Nomor 1 Gratis dan Praktis

Namun lebih banyak lagi spesies lainnya  yang berisiko punah dalam beberapa dekade mendatang jika spesies mamalia unik di Madagaskar benar-benar punah. 

Jika tiba di fase itu, maka bentuk kehidupan yang tercipta selama 23 juta tahun sejarah evolusi benar-benar musnah.

Baca Juga: Tilang Manual di Kendari Mulai Berlaku untuk 4 Jenis Pelanggaran Ini

“Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa gelombang kepunahan dengan dampak evolusioner yang mendalam akan segera terjadi di Madagaskar kecuali tindakan konservasi segera dilakukan,” kata ilmuwan dalam makalah yang diterbitkan di Nature Communications.

Madagaskar adalah salah satu hotspot keanekaragaman hayati di planet ini dengan 90 persen spesies unik yang  tidak ditemukan di tempat lain di planet ini. Namun lebih dari separuh spesies mamalianya terancam punah.

Baca Juga: Polisi Amankan 30 Sachet Sabu dari Tangan Seorang Kurir Narkoba di Kendari

Begitu banyak yang dipertaruhkan karena pulau ini relatif murni dan merupakan rumah bagi satwa liar yang telah berevolusi di tempat lain, terpisah dari India Raya sekitar 88 juta tahun yang lalu.

Ini adalah pulau terbesar keempat di dunia, seukuran Ukraina, dan sebagian besar keanekaragamannya dibangun di atas spesies yang berasal dari Afrika dan kemudian diversifikasi selama jutaan tahun.

Baca Juga: Kedapatan Bawa Senjata Tajam, Dua Remaja di Kendari Diamankan Polisi

“Ini tentang menempatkan segala sesuatunya dalam perspektif  dimana kita kehilangan sifat spesies unik yang mungkin tidak akan pernah berevolusi lagi,” kata ketua peneliti Dr Luis Valente dari Pusat Keanekaragaman Hayati Naturalis di Leiden, Belanda, dan Universitas Groningen.

“Setiap spesies berharga dengan caranya sendiri. Dan kepunahan sama seperti menghancurkan sebuah karya seni, jadi apa yang terjadi nanti dipastikan akan sangat mengejutkan," kata Valente, dilansir kendari.pikiran-rakyat.com, dari laman Theguardian, Kamis, 12 Januari 2023.

Baca Juga: Kadivmin Kanwil Kemenkumham Sultra: Rutan Kelas IIB Kolaka Wujudkan Resolusi Kemenkumham 2023

Tim Valente diketahui bekerja sama dengan peneliti dari AS dan organisasi konservasi Asosiasi Vahatra di Madagaskar.

Pulau ini terkenal dengan lemur berekor cincinnya, anggota dari garis keturunan unik primata yang tidak ditemukan di tempat lain.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta 12 Januari 2023: Sagitarius Tak Harus Berlebihan Menganalisa Hubungan

Penghuni terkenal lainnya termasuk fossa, hewan seperti kucing karnivora, dan bunglon panther, serta beragam kupu-kupu unik, anggrek, baobab, dan banyak spesies lainnya.

Ahli biologi dan ahli paleontologi membuat kumpulan data yang menunjukkan semua spesies mamalia yang saat ini ada di pulau itu, yang masih hidup ketika manusia tiba, dan yang hanya diketahui dari catatan fosil.

Baca Juga: Ledakan Smelter PT GNI Berujung Petaka, PB HMI: Cabut Izinnya, Pimpinannya Harus Diadili

Dari 249 spesies yang teridentifikasi, 30 diantaranya telah punah. Lebih dari 120 dari 219 spesies mamalia yang hidup hari ini di pulau itu terancam punah.

Spesies yang hilang tidak akan pernah bisa kembali, sehingga penelitian ini perlu melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulihkan tingkat keanekaragaman hayati yang sama melalui koloni spesies baru dan berevolusi di pulau itu.

Baca Juga: Horoskop Cinta Zodiak 12 Januari 2023: Aries Terjebak Romansa Ilusi, Virgo Susah Move On

“Banyak dari spesies ini bisa punah dalam kurun waktu 10 atau 20 tahun mendatang – mereka tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Anda dapat dengan cepat mencapai titik di mana suatu spesies tidak dapat hidup lagi. Pesan utamanya adalah keanekaragaman hayati tidak akan pulih dengan cepat. Bahkan tempat-tempat yang menurut kami murni dan benar-benar tidak tersentuh dapat didorong ke titik kehancuran dengan sangat cepat," kata Valente.

Hilangnya mamalia akan berdampak signifikan pada spesies tumbuhan dan serangga lain yang bergantung padanya.

Baca Juga: Pemkab Konawe Beri Motivasi Kepada P3K Nakes, Sekda : Optimal dalam Bekerja

Valente berkata: “Ini adalah efek berjenjang. Kehilangan mamalia ini kemungkinan besar akan menyebabkan runtuhnya ekosistem secara lebih luas. Secara total, kemungkinan lebih dari 23 juta tahun dipertaruhkan.”

Ancaman utama adalah perusakan habitat yang disebabkan oleh manusia, perubahan iklim dan perburuan.

Baca Juga: Dua Mega Proyek di Sultra Molor, Dinas Cipta Karya Tak Becus Lakukan Pengawasan?

Selama 1 dekade terakhir, jumlah spesies mamalia yang terancam punah di Madagaskar meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 56 pada tahun 2010 menjadi 128 pada tahun 2021.

Program konservasi diperlukan untuk menciptakan mata pencaharian bagi masyarakat lokal, untuk menghentikan konversi hutan menjadi lahan pertanian, dan untuk membatasi eksploitasi sumber daya seperti pohon kayu dan daging hewan liar yang dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi.

Baca Juga: Kebakaran Sampah Picu Kepanikan Warga THR Kendari, Personil Damkar Turun Tangan Padamkan Api

Yadvinder Malhi, seorang profesor ilmu ekosistem di Universitas Oxford, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan bahwa studi yang menarik ini menunjukkan bahwa dibutuhkan jutaan tahun bagi proses alami untuk membangun kembali tingkat keanekaragaman hayati yang telah hilang.

"Dan puluhan jutaan tahun jika spesies yang terancam saat ini juga hilang. Sementara penelitian ini mengamati Madagaskar, analisis serupa dapat dilakukan untuk pulau dan benua lain, dan saya pikir akan menceritakan kisah serupa," kata Malhi.

Baca Juga: BLACKPINK Jadi Girl Group KPop Pertama Yang Jadi Headline di Festival Coachella

 "Dampak yang telah ditimbulkan manusia terhadap keanekaragaman hayati Bumi akan berlangsung selama jutaan tahun, tetapi beberapa dekade mendatang sangat penting untuk menghindari kepunahan skala besar yang dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih dalam dan lebih lama," pungkasnya.***

Editor: Mirkas

Sumber: theguardian.com

Tags

Terkini

Terpopuler