Keutamaan dan Hakikat Ibadah Puasa Ramadhan

- 12 Februari 2023, 20:47 WIB
Ilustrasi-siluet masjid saat malam puasa Ramadhan.
Ilustrasi-siluet masjid saat malam puasa Ramadhan. /Pixabay.com/Engin_Akyurt/12900 images./

KENDARI KITA-Keutamaan dan hakikat menjalani ibadah puasa ramadhan telah diatur dalam kitab suci Al Qur'an. 

Selain itu, pelaksanaan ibadah Ramadhan juga diperkuat dengan berbagai hadist sahih.

Baca Juga: Liga Sentra Indonesia Zona Sulawesi Tenggara Daratan Resmi Dihelat di Kolaka

Kewajiban menjalankan puasa Ramadhan tertulis dalam kitab suci Al Qur' an surah Al Baqarah dalam tiga ayat yang tertulis berurutan. Surah Al Baqarah ayat 183, 184, 185, dan ayat 187.

Pada ayat 183 surah Al Baqarah, Allah SWT mewajibkan bagi orang-orang yang beriman kepada-Nya untuk menjalankan puasa Ramadan.

Baca Juga: Konser Musik Si Syantik Pujaan Hati, Sibad Perdana Sapa Ratusan Penggemar di Kendari

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al Baqarah: 183).

Ibadah puasa diwajibkan bagi umat Islam selama bulan Ramadhan pada setiap tahunnya.

Baca Juga: Coklit Perdana, Pantarlih Pemilu 2024 Menyasar Kediaman Ridwansyah Taridala

Ibadah puasa sejatinya bukan syariat baru. Ibadah puasa telah disyariatkan kepada umat-umat terdahulu sebelum umat Nabi Muhammad SAW.

Ibadah puasa mengandung banyak manfaat dan keutamaan bagi umat manusia baik secara jasmani maupun secara rohani.

Baca Juga: UMKM Didorong Naik Kelas Lewat Program Pasar Digital

Karena itu  badah puasa tidak hanya disyariatkan kepada umat terdahulu, tetapi juga umat Nabi Muhammad saw, umat akhir zaman.

Ibadah puasa sendiri cukup unik. Ibadah puasa berbeda dari jenis ibadah lainnya. Ibadah puasa, umat Islam diperintahkan untuk menahan dan meninggalkan sesuatu (takhalli), bukan diperintahkan untuk melakukan sesuatu.

Baca Juga: Jadwal Acara TV di Indosiar, Minggu 12 Februari 2023, BRI Liga 1 Persis Solo vs Borneo FC Samarinda

Karena sifatnya yang takhalli, ibadah puasa tidak terlihat secara kasat mata.

Sifat takhalli ini menempatkan ibadah puasa menjadi istimewa.

Baca Juga: Rekomendasi Link Twibbon Hari Valentine 2023

Imam Al-Ghazali menjelaskan keistimewaan ibadah puasa.

Imam Al-Ghazali dalam karyanya yang terkenal Ihya Ulumiddin menjelaskan hakikat puasa.

Baca Juga: Kadin Sultra Dorong Pelaku Usaha Go Internasional Lewat Sosialisasi Prosedur Ekspor Komoditas Pertanian

Imam Al-Ghazali menyebut secara singkat dan tepat perihal hakikat puasa sebagaimana berikut:

Artinya: “Puasa itu menahan diri dan meninggalkan (larangan puasa). Puasa pada hakikatnya sebuah rahasia. Tidak ada amal yang tampak padanya. Kalau semua ibadah disaksikan dan dilihat oleh makhluk, ibadah puasa hanya dilihat oleh Allah saw. Puasa adalah amal batin, murni kesabaran,” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M/1439-1440 H], juz I, halaman 293).

Baca Juga: Dua Rumah di Konsel Ludes Terbakar Karena Korsleting Listrik

Dari penjelasan ini, umat islam pasti memahami bahwa keutamaan dan inti ibadah puasa adalah kesabaran dengan ganjaran tiada tara.

Hal ini sekaligus menjadi jawaban mengapa hadits qudsi selalu mengatakan: “Ibadah puasa (dipersembahkan) untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya.”

Baca Juga: Makna Dibalik Penamaan Bulan Ramadhan

Puasa mengambil seperempat bagian dari keseluruhan keimanan karena “Puasa itu setengah dari kesabaran,” (HR At-Tirmidzi).

Sedangkan “Kesabaran mengambil setengah bagian dari keimanan,” (HR Abu Nu’aim dan Al-Khatib).

Baca Juga: Kasus Human Trafficking Mengemuka, Kemenkumham Tegaskan Pentingnya Pengamanan Perbatasan

Adapun manfaat dari puasa adalah menurunkan keinginan-keinginan syahwat yang menjadi lahan subur setan.

Dengan lapar dan haus puasa, lahan subur dan medan pacu setan menyempit dan terbatas.

Baca Juga: Polisi Bongkar Sindikat Pekerja Migran Ilegal Indonesia, Korban Diimingi Upah Puluhan Juta

Ibadah puasa bermanfaat untuk menaklukkan setan karena syahwat-syahwat itu merupakan jalan masuk setan, "musuh” Allah.

Sedangkan syahwat pada manusia itu menguat oleh sebab makan dan minum. Dari sini kemudian, ibadah puasa menjadi pintu ibadah dan tameng atau perisai bagi mereka yang berpuasa.

Baca Juga: Kasus Penyalahgunaan Narkotika Tahun 2023 Didominasi Kaum Wanita, Kemiskinan Jadi Pemicunya

Ibadah puasa mempersempit ruang gerak setan di dalam tubuh orang yang berpuasa.

Artinya, “Rasulullah saw bersabda: ‘Sungguh, setan itu berjalan pada anak Adam melalui aliran darah. Oleh karena itu, hendaklah kalian mempersempit aliran darah itu dengan rasa lapar,’ (HR. Muttafaq alaihi),” (Al-Ghazali, 2018 M: I/293).

Baca Juga: LMC Bakal Adukan PT TMM ke Dirjen Minerba dan Mabes Polri

Ketika puasa membatasi, mempersempit ruang gerak, dan menutup jalan bagi setan, maka orang yang berpuasa layak diistimewakan oleh Allah dengan ganjaran yang tak terduga baik kuantitas maupun kualitasnya. Wallahu a’lam.***

Editor: Mirkas

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x