Strategi BKKBN Sultra Mitigasi Kasus Stunting di Daerah, Kolaborasi Satgas dan Media Massa

- 28 Februari 2023, 16:36 WIB
Kepala BKKBN Sultra, Asmar.
Kepala BKKBN Sultra, Asmar. /Kendari.pikiran-rakyat com/Istimewa/

KENDARI KITA-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), menjalin kolaborasi antarpihak, ternasuk media massa, untuk menangani atau mitigasi kasus stunting di daerah.

Di Sultra,  wilayah dengan prevalensi kasus stunting tertinggi berada di Kabupaten Buton Selatan sebanyak 45,2 persen, Buton Tengah 42,7 persen dan Buton 33,9 persen.

Angka kasus stunting terendah berada di Kolaka Timur dengan persentasi 23 persen.

Baca Juga: Kolaka Utara Kembali Raih Penghargaan Adipura, Parinringi : Buah Komitmen Jaga Lingkungan

"Peran media massa sangat besar mendorong upaya pemerintah mengatasi atau memitigasi kasus stunting, lewat penyebarluasan informasi tentunya," kata Kepala BKKBN Sultra, Asmar, dalam sesi kampanye percepatan penurunan stunting di Kota Kendari, Provinsi Sultra, Senin, 27 Februari 2023.

Lebih jauh Asmar mengungkapkan bahwa sejak dua tahun terakhir,  prevalensi kasus stunting  di Sultra terus mengalami penurunan.

Tahun 2021, kata dia,  BKKBN Sultra mencatat prevalensi stunting sebesar 30,3 persen. Kemudian menurun 2,5 persen menjadi 27,7 persen di tahun berikutnya.

Baca Juga: Bertemu Para Pekerja Migran di Arab Saudi, menteri Tenaga Kerja RI Tekankan Hal Ini

"Kita berharap setiap tahun bisa turun 7 persen. Tahun 2024 angka stunting bisa turun hingga 14 persen," ujar Asmar.

Asmar mengungkapkan, langkah mitigasi stunting yang telah dilaksanakan BKKBN Sultra salah satunya dengan mengerahkan satgas penurunan stunting, memetakan daerah dengan prevalensi kasus stunting tertinggi, merealisasikan program pencegahan dan penanganan kasus stunting tepat sasaran.

 

Ketua Tim Kerja Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi, BKKBN Sultra, Agus Salim menambahkan, program percepatan penurunan stunting butuh kolaborasi  antarpihak terkait, termasuk media massa sebagai alat penyebarluasan informasi, media edukasi, agar strategi penurunan stunting dapat direalisasikan.

Baca Juga: Model Cantik Asal Hongkong Diduga Alami Mutilasi, Dagingnya Dijadikan Bahan Pembuatan Sup

"Informasi  edukatif yang melibatkan peran media massa sangat dibutuhkan untuk mengawal program penurunan stunting ini," kata Agus.

Senada dengan Agus, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sultra, Sarjono, sepakat jika media massa, khususnya wartawan sebagai pelaku utama didalamnya, berfungsi sebagai 'aktor' penyebarluasan informasi, termasuk menyebarluaskan informasi terkait kasus stunting di Sultra.

Namun kata Sarjono, tugas wartawan tak sekedar menyebarluaskan informasi saja.

Baca Juga: Tiga Zodiak dalam Ramalan Astrologi 27 Februari 2023

Yang menjadi catatan penting kata Sarjono, adalah menyebarluaskan informasi dengan mematuhi kode etik jurnalistik, serta mamahami perannya sebagai mitra edukasi dan mitra kritis.

"Yang terpenting dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai wartawan adalah menjunjung tinggi profesionalitas, memahami kode etik jurnalistik, mengerti perannya sebagai mitra kritis, edukator yang skeptis namun tak apatis terhadap perubahan dan kondisi sosial kemanusiaan," kata Sarjono.

Stunting merupakan kondisi terhambatnya pertumbuhan pada anak yang disebabkan berbagai faktor sejak 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Faktor penyumbang kasus stunting diantaranya: kekurangan nutrisi atau asupan gizi ibu hamil dan anak dalam jangka waktu lama, sanitasi yang tak layak, kurang asupan ASI pada anak, infeksi berulang, atau penyakit kronis yang menyebabkan masalah penyerapan nutrisi dari makanan.

 

 

 

Editor: Mirkas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x