Atraksi Tarung Kuda hingga Silat Muna Warnai Peringatan HUT Mubar Ke-9

- 24 Juli 2023, 11:29 WIB
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Mubar ke-9 Tahun diwarnai atraksi budaya perkelahian kuda hingga silat muna.
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Mubar ke-9 Tahun diwarnai atraksi budaya perkelahian kuda hingga silat muna. /Hasan Jufri/

KENDARI KITA-Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Muna Barat (Mubar), Sulawesi Tenggara ke-9 tahun diwarnai dengan berbagai kegiatan. Salah satu diantaranya yaitu atraksi tarung kuda atau perkelahian kuda atau oleh warga setempat. Atraksi ini disebut Pogiraha Adhara.

Bagi warga setempat, perkelahian atau tarung kuda merupakan salah satu atraksi budaya warisan para raja-raja yang turun-temurun dilakukan oleh masyarakat serumpun di Kabupaten Muna Barat dan Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra).

Tradisi tarung kuda ini satu-satunya di Indonesia. Perkelahian kuda memiliki makna sebagai salah satu simbol harga diri yang harus dipertahankan, mengajarkan ketelatenan, eling (kesadaran), dan waspada menjalani proses kehidupan.

Baca Juga: Resep Kue Bolu Kukus Gula Merah Mekar Tanpa Telur, Dijamin Rasanya Enak dan Menggugah Selera

Kini, atraksi perkelahian kuda sangat jarang digelar. Dahulu kala, tradisi ini biasanya diadakan dalam rangka penyambutan tamu-tamu kerajaan, hajatan besar tertentu, atau pada hari-hari besar keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri.

Menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI, termasuk HUT Mubar kali ini, atraksi tarung kuda menjadi sangat istimewa.

Biasanya, pertarungan kuda hanya untuk kuda-kuda jantan pilihan yang sudah besar dan terlatih dipandu oleh seorang pawang.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Keberuntungan Karir Minggu 23 Juli 2023: Aries, Taurus, Leo, Sagittarius, Virgo, Pisces

Pada perayaan HUT Mubar kali ini, kuda yang diadu merupakan kuda pilihan milik La Ode Andi Boneka, kedua kuda jantan berwarna putih muda dan coklat tua keabu-abuan.

Pada HUT Mubar ini, Jurnalis Kendarikita.com berkesempatan melihat langsung perkelahian kuda ini. Saat perkelahian kuda, pawang bertugas sebagai pemberi komando kepada para pemegang tali kekang masing-masing kuda untuk memisahkan kuda yang saling menggigit dengan cara menarik tali kekangnya.

Hal ini dimaksud untuk meminimalisir luka pada kuda. Demikian halnya jika kuda sudah tidak lagi berkelahi, maka pawang akan memerintahkan untuk menarik tali kekang masing-masing kuda.

Baca Juga: Ustadz Adi Hidayat Membagikan Amalan Agar Rezeki Berkali-Kali Lipat

Jika salah satu kuda terpojok oleh serangan lawan, pawang harus segera melerai untuk mencegah dampak fatal bagi kuda tersebut.

Keberadaan pawang juga vital dalam memastikan keselamatan penonton saat menyaksikan perkelahian. Maklum, pertunjukan ini selalu menyedot minat ratusan warga untuk datang. Apalagi, tidak ada batas pengaman yang memisahkan kuda dan penonton. Olehnya itu, jika ada kuda yang menyasar ke arah penonton, pawang mesti cepat mengendalikannya.

Terkadang bekal keahlian dan pengalaman pun tak sepenuhnya menjamin keselamatan pawang. Ada saja yang sial  jadi sasaran tendangan kuda.

Baca Juga: Inilah Lirik Lagu Yang Berjudul 'Mataharimu' Dipopulerkan Oleh Sridevi

Adapun cara untuk membuat dua kuda jantan berkelahi adalah dengan memisahkan mereka dari betina masing-masing. Kuda-kuda itu lalu didekatkan ke kuda yang bukan pasangannya. Hal itulah yang akan menyulut kemarahan kuda.

Perkelahian pun dimulai, saat si putih  meringkik sambil mengangkat kedua kaki depannya. Sang penantang, kuda berkelir coklat tua, sigap meladeni dengan jurus serupa. Keduanya lalu bergelut bak jawara tinju kelas berat di atas ring.

Gigitan dan tendangan silih berganti melayang. Sesekali kuda yang bertarung menjulang saling menyeruduk, berupaya menumbangkan lawan. Saat pertarungan mulai membahayakan, salah satu pawang  langsung melerai. Setelah susah payah dilerai, pertarungan kembali berlanjut.

Baca Juga: Inilah 3 Ramalan Shio Hari ini Punya Kunci Kesempurnaan, Mimpinya Akan Jadi Kenyataan

Tidak ada istilah menang atau kalah dalam perkelahian kuda. Pawang menghentikan pertarungan jika dirasa sudah cukup atau salah satu kuda menghindar.

“Pertarungan kuda ini hanya untuk hiburan masyarakat saja,” kata La Ode Andi Boneka.

Tak setiap saat perkelahian kuda bisa disaksikan. Dalam setahun, penyelenggaraannya bisa dihitung dengan jari. Itu pun biasanya dilakukan oleh pemerintah setempat saat momen khusus.

Baca Juga: Kata dr. Ema Surya Pratiwi, Cukup Mandi Dengan Cara Ini Untuk Menurunkan Berat Badan agar Cepat Langsing

“Sangat jarang perkelahian kuda saat ini, kecuali acara-acara seperti ini, itupun sekali setahun,” tambahnya.

Hal itu didasari karena populasi kuda di Muna Raya (Muna dan Muna Barat) kini hanya tersisa puluhan ekor yang sebagian besar berada di Kecamatan Lawa. Perkelahian kuda mulai menghilang tahun 1970-an bersamaan dengan kebijakan pemerintah yang memindahkan penduduk desa berlahan gersang di Muna ke tempat baru.

Menurutnya, kuda memiliki sejarah panjang dan kuat di Muna Barat dan Muna. Masyarakat di daerah ini telah mengenal hewan tangguh tersebut setidaknya sejak ratusan tahun silam. Hal itu dibuktikan dengan lukisan yang ditemukan di dinding goa-goa prasejarah di Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Muna.

Halaman:

Editor: Mirkas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x