Zulkifri Anas Bicara Soal Manfaat Penerapan Kurikulum Merdeka

- 30 Januari 2023, 06:00 WIB
Plt Puskurjar BSKAP Kemendikbudristek Zulfikri Anas, bicara soal manfaat penerapam kurikulum merdeka bagi siswa.
Plt Puskurjar BSKAP Kemendikbudristek Zulfikri Anas, bicara soal manfaat penerapam kurikulum merdeka bagi siswa. /Kemendikbud.go.id/

Oleh karena itu, perlu dilakukan asesmen terlebih dahulu kondisi awal, jenis programnya, siapa pendampingnya, bagaimana perkembangannya, dan ekosistemnya harus penuh dengan kasih sayang.

Lebih lanjut, Netti mengatakan, pada satuan Pendidikan Usia Dini (PAUD) saat ini IKM tidak dapat dijawab dengan satu model, satu cara, dan satu jawaban.

Baca Juga: Kominfo Putus Akses Tujuh Situs dan Lima Grup Medsos Berisi Konten Jual Beli Organ Tubuh

Berdasarkan survei yang ia lakukan dengan Kemendikbudristek, dari 117.632 guru yang disurvei, ada 29,6 persen guru yang belum pernah mengikuti pelatihan.

53,4 persen guru pernah mengikuti satu kali pelatihan, dan hanya 11 persen guru yang mengikuti dua kali pelatihan.

Baca Juga: Soal Biaya Penyelenggaraan Haji dan Umroh, KPK: Nilai Manfaat Hak Semua Jamaah

“Maka ini akan berbeda-beda penerimaannya, ada yang langsung menerima, menindaklanjuti dengan respons yang cepat, maupun sebaliknya,” ujarnya.

Ketua Badan Musyawarah Perguruan Swasta Nasional, Ki Saur Panjaitan XIII, mengatakan, Kurikulum Merdeka apabila dipandang dari sisi sekolah swasta, berfokus pada siswa.

Baca Juga: Tiga Jenis Investasi yang Bernilai Lebih Dari Sekedar Cuan

Menurutnya, siswa itu punya kodrat yang berbeda, punya keunikan sendiri, kodrat alam yang berbeda-beda di tiap daerah, serta ada kodrat perbedaan zaman.

“Jadi, lain tahun lain pula zamannya, kurikulum itu tidak bisa disamakan semuanya, sehingga kami berpendapat bahwa kebijakan Kurikulum Merdeka ini menyesuaikan dengan kodrat alam, kodrat anak, dan kodrat zaman. Ini cukup kita apresiasi,” kata Ki Saur.

Baca Juga: PT TID Tuai Sorotan Masyarakat Desa Lengora Kabaena, Samsul Bahri: Pekerja Lokal Tak Diberdayakan

Ki Saur menambahkan, apapun kurikulumnya, guru adalah motor penggerak yang paling utama.

Dalam konsep pembelajaran berkualitas, implementasi itu dimulai dari gurunya.

“Dari pamongnya istilah Taman Siswa, para kepala sekolah sebagai pimpinan di satuan unit pendidikan yang menjadi pemain kunci, duet maut antara kepala sekolah dengan guru itulah yang menjadi penentu keberhasilan Implementasi Kurikulum Merdeka ini,” kata Ki Saur.

Halaman:

Editor: Mirkas

Sumber: Kemendikbud.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x