Network
KENDARI KITA-Sebagian umat Islam biasanya melakukan tradisi ziarah kubur jelang bulan Ramadhan. Tradisi ziarah kubur di berbagai daerah disebut nyekar, arwahan, ataupun munggahan.
Ziarah kubur menjelang Ramadhan menjadi menjadi budaya yang turun temurun dilestarikan sebagian masyarakat Indonesia.
Serasa ada kekosongan jika hal ini tak dilakukan menyambut bulan suci Ramadhan.
Baca Juga: Polisi Grebek Lokasi Penampungan PSK, 39 Orang Berhasil Diamankan: Ada Anak Dibawah Umur Lho
Imam Ibnu Hajar al-Haytami dalam kitab ‘al-Fatawa al-Fiqhiyah al-Kubra’, melansir nu.or.id, menjelaskan bahwa berziarah ke makam orang tua atau orang-orang saleh, para ulama, dan wali-wali Allah SWT, boleh saja dilakukan dengan niat agar dapat mengingatkan kita, umat muslim, kepada akhirat.
Sedangkan Syekh Nawawi al-Bantani dalam kitab Nihayatuz Zain menjelaskan bahwa hikmah disunnahkan ziarah kubur ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat adalah Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya.
Ziarah kubur juga menjadi kesempatan bagi siapa saja yang merasa kurang dalam pengabdian kepada orang tua semasa hidupnya.
Baca Juga: Semarak HUT ke-49, PPNI Sultra Dorong Kesejahteraan dan Peningkatan Kompetensi Perawat
Pengabdian sepanjang masa ini dilakukan dengan mengunjungi makam mereka. Tujuannya, untuk mengirimkan doa.
Rasulullah SAW bersabda bahwa “Siapa berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya setiap hari Jumat maka Allah mengampuni dosa-dosanya dan dia dicatat sebagai anak yang taat dan berbakti kepada kedua orang tuanya."
Bahkan, ada pula yang menyebut bahwa ziarah kepada orang tua dapat pahala haji yang disediakan oleh Allah SWT.
Baca Juga: Ramalan Zodiak 19 Maret 2023: Cancer Boleh Menyuarakan Pendapat, Tapi Jangan Melewati Batas
Hal ini terdapat dalam kitab Al-maudhu’at berdasar pada hadits Ibn Umar ra. Rasulullah SAW bersabda
