Kota Wisata di Turki Buka Gerbang untuk Penyintas Gempa Suriah

- 11 Maret 2023, 18:37 WIB
Rumah batu kapur Mardin yang terdaftar di Unesco, kini berubah menjadi tujuan bagi penyintas gempa Suriah.
Rumah batu kapur Mardin yang terdaftar di Unesco, kini berubah menjadi tujuan bagi penyintas gempa Suriah. /Daily Sabah/

KENDARI KITA-Rumah batu kapur Mardin yang terdaftar di Unesco, kini berubah menjadi tujuan bagi penyintas gempa Suriah.

Mardin adalah salah satu destinasi wisata terindah di Turki. Kota kuno ini dibangun di sisi gunung, menampilkan museum terbuka, dengan jalan-jalan sempit berbatu, gereja dan masjid bersejarah, serta cafe yang menghadap ke dataran Mesopotamia kuno.

Di pusat kota, toko suvenir menjual sabun dan cokelat buatan tangan, serta anggur lokal – yang dikenal di wilayah tersebut sejak pemukiman Kristen beberapa abad yang lalu.

Baca Juga: Kabag Hukum Pemkab Mubar: Hoax Soal Pj Bupati Bakal Ditindaklanjuti

Sejak gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang meluluhlantakkan Turki tenggara dan Suriah utara sebulan lalu, kota kuno itu juga membuka pintunya bagi banyak keluarga, termasuk banyak pengungsi Suriah yang kehilangan rumah akibat bencana tersebut.

Mereka tahu bahwa Mardin, yang dibangun di atas batu padat dan terletak sekitar 100 mil sebelah timur pusat gempa bulan lalu, telah lama berdiri kokoh.

Wilayah ini  tidak rusak oleh gempa, yang diikuti oleh gempa susulan yang tak kalah dahsyatnya.

Baca Juga: Kanwil Kemenkumham Sultra Peringati Hari Bakti Pemasyarakatan ke-59 Lewat Perhelatan Ekshibisi Sepak Bola

Ali dan Noor al-Hassan adalah salah satu diantara penyintas ini, Mereka tiba di Mardin tiga minggu setelah gempa pertama, bersama empat anak mereka.

Mereka Berasal dari Raqqa, keluarga tersebut meninggalkan kota Suriah 11 tahun lalu.

Mereka tinggal di kota Sanliurfa, Turki, sekitar satu jam perjalanan dari Mardin, di daerah yang mengalami kerusakan parah.

Baca Juga: Pj Bupati Mubar Bakal Terima Penghargaan dari Menko PMK RI

“Pada pukul 4.17 pagi tanggal 6 Februari, gempa mengguncang kami. Kami mencoba lari, tetapi kunci pintu kami macet. Saya pikir kami akan terkubur di bawah reruntuhan. Saat itu saya yakin kami akan mati," katanya.

Menurut Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat Turki (Afad), jumlah korban tewas akibat gempa itu  meningkat menjadi lebih dari 45.000, dengan sedikitnya 1,5 juta orang kehilangan tempat tinggal. Di seberang perbatasan di Suriah, setidaknya 5.951 orang tewas.

Blok flat tempat tinggal Ali dan keluarganya rusak parah, dan sejak itu dibongkar oleh pemerintah Turki.

Baca Juga: Harga Emas akhir Pekan Melambung Tinggi, Dipatok Rp 1.025.000 per Gram

“Saat guncangan berhenti, kami bergegas mengepak beberapa barang, dokumen penting, kartu perlindungan sementara kami, beberapa pakaian, dan kemudian kami lari,” kata Ali.

Selama 10 hari, keluarga tersebut tinggal di gedung sekolah, berbagi kamar besar dengan 10 keluarga lainnya.

Halaman:

Editor: Mirkas

Sumber: theguardian.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x